Ini hari kedua saya memegang buku
Marketing Revolution. Sebuah buku yang diluncurkan (baca : dipasarkan) secara unik dan "revolusioner" oleh penulisnya sendiri; Tung Desem Waringin, salah satunya dengan membuat "hujan uang" sebanyak 100 juta rupiah, yang disebar dari dalam sebuah pesawat di daerah Serang beberapa waktu lalu. Buku pertamanya (
Financial Revolution) juga diluncurkan secara "gila" : naik kuda, berjubah dan berblangkon, melintas di jalur utama Jalan Sudirman Jakarta yang selama ini bahkan steril dari sepeda, sepeda motor, dan bajaj!
Itu ide
marketing. Ia juga membuat sebuah penawaran khusus sebelum 15 Juli 2008. Sebelum tanggal itu, harga bukunya masih Rp 195.000,-. Setelah tanggal itu, akan naik jadi Rp 350.000,-. Dan itu diumumkan secara besar-besaran.
Seperti juga buku pertamanya yang mampu menembus rekor MURI untuk jumlah pembeli di hari pertama peluncurannya, kali ini ia menempuh strategi yang hampir sama. Lebih dari setengah tahun sebelum buku ini akan diluncurkan, ia sudah membuat prospek : dengan mengadakan seminar bertema
Marketing Revolution, CD
Marketing Revolution, menulis serial
Marketing Revolution di surat kabar nasional, dan ia gembar-gembor bahwa pada saatnya akan mengeluarkan "buku pinter" mengenai hal itu.
Jauh sebelumnya juga ia sudah mempersilakan calon pembaca untuk inden, melalui berbagai media, toko buku, komunitas, milis, dsb. Seperti juga dalam buku pertamanya, para pembeli bukunya akan mendapatkan tiket gratis mengikuti seminarnya, dengan nominal nilai yang cukup "bombastis" : kisaran 5 jutaan. Siapa sih, yang tidak kepingin mendapatkan "gratisan" 5 juta dengan hanya mengeluarkan uang 125 ribu untuk membeli bukunya waktu itu?
Maka wajarlah, jika penjualan bukunya kali ini akan kembali "meledak" seperti kisah sukses buku pertamanya.
***
Ide-ide pemasaran, penjualan sebenarnya bisa dilakukan secara sederhana. Tak perlu sampai menyewa helikopter atau pesawat, meminta ijin kepada pihak kepolisian untuk menggunakan jalur utama kota yang --saya yakin-- pake duit. :) Nyebar uang pastinya pake duit banyak (lha uangnya sendiri sudah 100 juta...)
Saya memang yakin, semua itu pasti sudah diperhitungkan. Intinya : keuntungan yang diperoleh dipastikan jauh melebihi modal yang dikeluarkan.
Tapi, mari kita tengok di blog Mas Nur Mursidi (
http://etalasebuku.blogspot.com). Entah kenapa --dan bukan meng'agung-agung'kan Mas Nur--, saya harus mengakui bahwa ia orang yang kreatif (
ah, ini satu pelajaran lagi dari beliau).
Saya menduga (
ah, saya "yakin", hehe..), ia sedang mengikuti
Lomba Antar Blogger dalam rangka Pesta Buku Jakarta 2008. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, dan yang cukup "susah" antara lain :
setiap blog harus diberi komentar minimal 10 orang dan lebih banyak lebih bagus.
Syarat lain, seperti minimal harus ada 3 buah resensi buku, harus
link dengan minimal 10 blogger lain, ada tulisan tentang apresiasi mengenai buku, dsb, tentu bukan masalah buat beliau. Itu semua sudah terpenuhi sebelum ada pengumuman lomba, bahkan sebelum ada ide lomba barangkali.
Memasang banner logo? Itu juga sangat gampang.
Nah, bagaimana "memasarkan" blognya agar dikomentari lebih banyak orang? Riset statistik yang saya lakukan (
caile!) di blog Mas Nur adalah : dari 102 postingannya, belum ada satupun postingan yang dikomentari lebih dari 10 orang (ini sampai dengan 27 Juni 2008). Komentar terbanyak untuk postingan beliau adalah sebanyak 9 komentar, yang berkomentar di postingan "
Potret Kehidupan di Tepi Sungai Nipah" (8 Juni 2008).
Lomba berlangsung s/d 1 Juli 2008. Maka harus ada sebuah "cara" agar persyaratan yang belum terpenuhi bisa segera terpenuhi.
Apa yang dilakukan Mas Nur? Sebuah ide cemerlang muncul. Beliau pasang "pengumuman" di bagian atas blognya :
Yth. para pecinta buku
Disediakan 2 buku gratis untuk Anda, Sang Penjegal dan Blueprint Hizbullah bagi dua pemenang (jadi masing-masing; 1 buku) untuk pengunjung yang memberikan komentar terbaik atas tulisan tidur berbantal buku di bawah ini.
Apa yang terjadi pada postingan "tidur berbantal buku" tadi? Luar biasa : dari hanya dua pengkomentar (sebelum pengumuman), menjadi 19 komentar per hari ini! Pencapaian yang pada akhirnya "melebihi target", menurut saya.
***
Apa yang mau saya ungkapkan adalah : ternyata, ide-ide "kecil" dan mungkin oleh sebagian orang dianggap "sederhana" itu bisa membawa hasil yang cukup besar. Mas Nur bahkan tak perlu sebuah "revolusi marketing" yang mungkin bisa menghabiskan banyak biaya.
Beliau bahkan sudah menerapkan sub bab 2 buku
Marketing Revolution : "
Menciptakan Penawaran yang Begitu Menarik dan Bisa Dipercaya".
Dalam buku itu Tung menulis :
Ketika orang menerima penawaran, dia akan bertanya kepada diri sendiri :1.
Apa yang Anda tawarkan? Jawab : menulis komentar.
2.
Berapa harganya? Jawab : sedikit waktu untuk membaca, sedikit waktu untuk berpikir dan memberi tanggapan, dan sedikit waktu untuk mau menulis di kolom komentar. Murah!
3.
Apa benefit-nya untuk saya? Jawab : saya bisa mendapatkan hadiah buku.
4.
Kenapa saya harus percaya kepada Anda? Jawab : dari posting-posting beliau sebalumnya, jelas, Mas Nur orang yang paham dan "punya" buku, sehingga kita yakin beliau tak akan berbohong tentang hadiah itu.
5.
Kenapa saya harus beli sekarang? Jawab : "jawaban" untuk "pertanyaan" Mas Nur dalam blog itu sebenarnya hanya dua :
setuju atau
tidak setuju. Pilihan jawaban yang minimal dan bahkan tidak ada kunci yang bisa mengklaim jawaban itu benar atau salah, membuat semakin banyak orang yang berpotensi menjadi komentar. Dalam sebuah "kompetisi" yang memungkinkan jawaban dan alasan yang sama, maka salah satu "kunci kemenangan"-nya adalah : berkomentar lebih dahulu. Orisinalitas jawaban (mungkin) bisa dilihat dari situ. Artinya : siapa cepat, ia (bisa) dapat. Artinya lagi : "beli" sekarang, jangan entar-entar! :)
***
Kesimpulan : ide-ide cerdas seperti yang Mas Nur lakukan itu sesungguhnya senantiasa kita perlukan dalam keseharian kita, baik dalam rangka menjalankan bisnis,
personal branding, berkompetensi dalam pekerjaan, menulis, "berlomba" di tengah era persaingan yang semakin
competitive, dsb.
"
Marketing Revolution" seringkali tak harus dilakukan dengan "biaya" yang besar. Yang penting, idenya cerdas. Seperti juga bekerja, seringkali kita tidak harus bekerja keras. Yang lebih diperlukan adalah kerja cerdas. Efektif, efisien.
Bukan begitu?
Semoga bisa menginspirasi.
Salam,
Fajar S PramonoNotes :
Terus terang dan sekaligus mohon maaf untuk Mas Nur Mursidi, karena "kesimpulan" saya mengenai benar atau tidaknya blog Mas Nur ikut lomba, tidak saya konfirmasikan dulu kepada Anda. Saya hanya "menangkap gelagat". Secara kaidah akademis, ini tidak etis dan menyalahi "aturan". Sekali lagi, mohon maaf. Dipersilakan "menggugat" jika saya salah. :)
Namun, lepas dari itu, ide Mas Nur dengan "pengumuman" itu, terbukti mampu menjadi leverage kehadiran para komentator, yang bahkan sebelumnya tidak pernah bertandang. Dan bagaimanapun, itu adalah sesuatu yang bisa menjadi pelajaran buat orang lain (yang pasti : saya).
0 komentar:
Posting Komentar