Banker on Writing

Ketika menulis adalah kebutuhan : katarsis, belajar dan berbagi

AKU MENANGIS PAGI INI
















Dulu ibu bapakku bangga aku bisa kuliah
menjadi seorang mahasiswa
Tapi, kenapa dua orang tua di depanku ini terlihat gelisah?
Kutanya, dan mereka menjawab,
"Anak kami mahasiswa.
Kami takut mereka ikut berdemonstrasi...."

Dulu ibu bapakku bangga aku aktif berorganisasi
di ranah kampus dan di luar kampus
Tapi, kenapa dua orang tua di sisi kiriku ini terlihat resah?
Kutanya, dan mereka menjawab,
"Anak kami aktivis kampus.
Kami takut mereka ditangkap polisi...."

Dulu, ibu bapakku bangga aku ikut kegiatan di kampus
khususnya seni membela diri
Tapi, kenapa dua orang tua di sisi kananku terlihat tak tenang?
Kutanya, dan mereka menjawab,
"Anak kami jago kelahi.
Kami takut mereka berkelahi dengan aparat yang temannya sendiri...."

Dulu ibu bapakku bangga berita tentangku masuk koran
karena prestasiku di sana-sini
Tapi, kenapa dua orang tua di belakangku ini terlihat tak jenak?
Kutanya, dan mereka menjawab,
"Anak kami pasti akan masuk koran lagi.
Selalu dan selalu sebagai kriminal demokrasi...."

Dulu ibu bapakku bangga aku berdemonstrasi
membela rakyat sebenar-benar rakyat
Tapi, kenapa dua orang tua yang menghampiriku ini terlihat risau?
Kutanya, dan mereka menjawab,
"Anak kami sedang berdemonstrasi.
Tapi kami takut mereka hanya ditunggangi...."

Kuingat dua hari lalu
bertemu dengan anak-anak mereka yang mahasiswa itu
Apa ya, yang membuat mereka rajin dan bersemangat untuk kuliah?

Kutanya, dan mereka menjawab,
"Kami ingin orang tua kami tak gelisah dan bahagia.
Kami ingin orang tua kami tak resah dan bisa beristirahat dalam nyenyak.
Kami ingin orang tua kami merasa tenang dan damai.
Kami ingin orang tua kami senantiasa jenak dan bangga.
Kami ingin pikiran orang tua kami tak risau dan nyaman hatinya."


Aku tertegun
dan menangis sendiri
di tengah kerumunan

ironi di depan mata



@Rawasari, 31 Maret 2012, 00.45 WIB.


Gambar : dari www.uniknya.net