Banker on Writing

Ketika menulis adalah kebutuhan : katarsis, belajar dan berbagi

BUKU-BUKU SEDANG MARAH KEPADA SAYA


Buku-buku sedang marah kepada saya.

Ya, sangat mungkin begitu. Kemarin pagi, saya kecarian (wah, yang ini bahasa Indonesia versi "Medan"! Hehe...) sebuah buku. Tepatnya majalah. Intisari Mei 2008. Sebagai catatan, Intisari memang saya perlakukan seperti buku karena isinya yang luar biasa, sehingga sangat patut dikoleksi. Itu kenapa saya masih menyimpan edisi-edisi mulai dari saya lajang hingga sekarang (Eits, ini bukan promosi. Ini cuma cerita)

Kemarin siang, sebuah buku juga "marah" kepada saya. Tak seperti biasa, ia "jatuh" di kamar mandi. Basah sebagian. So, mohon maaf untuk Ika Natassa dan Gramedia Pustaka Utama dengan Divortiare-nya. Betewe, sekarang sudah kering dan "baik-baik saja" kok, hehehe...

Dua hari sebelumnya, novel Bilangan Fu-nya Ayu Utami, terbitan Kepustakaan Populer Gramedia Juni 2008, juga "marah" dengan "cara"-nya yang lain. Marja, Yuda dan Parang Jati --beberapa tokoh utama dalam novel setebal lebih dari 536 halaman itu-- "menyediakan diri"-nya untuk dicorat-coret oleh anak saya yang usianya belum genap dua tahun! Tak tanggung-tanggung, spidol tebal-nya yang "dipersilahkan" untuk membuat "tato benang kusut" di tubuh bukunya.

Tak terhitung beberapa buku yang selama ini seolah tak pernah "jalan-jalan" dari rak, tiba-tiba saja "bersembunyi" ketika saya mebutuhkannya untuk referensi.

Ya, buku-buku itu sedang marah kepada saya.

Balas marahkan saya kepada mereka?

Tentu saja tidak. Saya paham betul mereka. Saya ngeh banget atas "tabiat" mereka yang berubah belakangan ini.

Pertama, karena saya tidak memperlakukan mereka sebagaimana mestinya. Buku-buku itu saya tumpuk tanpa "sentuhan sayang". Buku-buku itu saya "tebar" di berbagai sudut rumah, bukan agar dapat dibaca oleh lebih banyak orang, tapi karena "malas"-nya saya belakangan ini.

Kedua, masih cukup banyak buku-buku baru yang tak saya tuntaskan membaca. Sebagai buku yang dibeli untuk dibaca, sangat wajar jika mereka "protes". Laksana kalung intan berpermata, sepatu nomor satu dari Italy dan sebagainya, mereka akan merasa jauh berharga apabila mereka "digunakan", daripada sekadar dijadikan koleksi.

Bukupun demikian. Khittah-nya sebagai obyek baca, tentu lebih terbahagiakan apabila ia dibeli untuk dibaca. Bukan sekedar ditumpuk. Mereka merasa lebih berharga jika "tugas utama"-nya memberi pencerahan kepada manusia bisa terwujud. Lebih baik ditaruh di persewaan buku dengan banyak pembaca, daripada hanya nangkring di rak buku berkaca tanpa sentuhan pembaca. Lebih baik "bulukan" karena dibaca, daripada rapi karena tak tersentuh.

Karenanya, melalui media yang lebih luas dan unlimited ini, saya menyampaikan permohonan maaf yang tak terhingga kepada buku-buku saya. Saya akan lebih banyak lagi sisihkan waktu untuk teman-teman buku. Saya akan rapikan teman-teman semua, saya akan baca teman-teman semua, saya akan ambil seluruh manfaat yang memang bisa teman-teman berikan kepada saya.

Saya janji. Dan please, "ingat"-kan saya lagi dengan segudang "cara" kalian, jika saya masih saja "ndableg". OK?

Terima kasih atas "peringatan"-nya.


Salam buku,

Fajar S Pramono

NB : Foto diambil dari http://musafirmuda.blogspot.com

2 komentar:

Hallo mas apakabar wah blognya makin seru terutama isinya hal ini membuat saya makin waspada tentang hidup,dan sorry kemaren tdk dtang dalam acara presentasi KUR sampean dan sukses selalu (btw gimana caranya saya bisa dapat KUR ya tq)

regard
Chintya
http://sewabeli.info

 

Hallo juga, Mbak Chintya.
Thanks sudah bersedia mampir.

Saya sdh buka http://sewabeli.info. Wah, kalo perusahaannya sudah besar en top markotop gitu, masa' maunya pake KUR? :)

Tapi, boleh lah kita ngobrol-ngobrol. Insya Allah kami segera main ke kantor PINCapital Pondok Gedhe. OK?


Salam sukses,

Fajar S Pramono