Banker on Writing

Ketika menulis adalah kebutuhan : katarsis, belajar dan berbagi

AKU MENDAMBA PURBA


Sekian jauh tak terhitung jejak
Berbanyak dengus tak terbilang nafas
Aku mendambamu, purba
Masa lalu
yang semestinya terbakar

Lacur dikata, tak tera dimakna
Ketika bara hanya mengerang di tengah api
Jangan pernah berpikir hangus, jika
Hitam pun tak sanggup menorehkan kuasa

Aku mendambamu, purba
Masa dulu
yang seharusnya terbuang

Tak ada yang tak mungkin
Sebagaimana angin yang menerobos dinding
Seperti air yang menembus batu


Rawasari, 310508


***

Salam sastra,

Fajar S Pramono

NB : Ilustrasi diambil dari ilustrasi cerpen Media Indonesia.

2 komentar:

ehem...ehem...kayaknya sudah kesusupan arwah pujangga neh...

 

Hahaha... sialan kau, Tik!

Tapi, mungkin bener juga ya?
Belakangan kupikir-pikir, apa Eyang Raden Aria Wirjaatmadja yang jadi cikal bakal pendiri BRI tahun 1895 lalu itu juga suka nulis puisi ya?

Soalnya, kalo dari ortu, kyknya enggak deh! Hehehe...

Atau, jangan-jangan, itu arwahmu, Tik? Hahaha...

Trims udh mampir! Salam.