Banker on Writing

Ketika menulis adalah kebutuhan : katarsis, belajar dan berbagi

UJUNG LEMBATA MASIH DI MATA


:: F. Rahardi


Ujung Lembata masih di mata
ketika kau ajak aku menyeberang pulau bernusa
Bahkan pun bau tanah Lewoleba
masih tersangkut dalam bulu hidung
yang tegak berdiri pada kedua lubang buatan-Nya

Ujung Lembata masih di mata
ketika gegar Gunung Kemukus kau hadirkan
secara tegak berdiri menutup sapuan pandang
kedua mata hasil ciptaan-Nya

Aku bahkan merasa bau badan Ola sang Luciola
masih menempel lekat pada seringai tubuh hitamku
Sebagaimana sosok Romo Pedro
yang demikian kuat beriman
dalam godaan kasih asih yang menggelora

Sekuat ingat juga pada asap ikan bakarmu yang membubung
setelah menyapa Solor, Adonara dan Ile Mandiri-mu

Terkesiap aku malam ini manakala
Romo Drajad menjemputku
juga Romo Islam yang Romo Jowo itu

Tak ada selubung keinginan mereka yang lain kecuali
sekedar untuk menggugatku
sehanya mempertanyakanku
karena aku telah menjadi Badrun
dalam kisahmu

Jakarta, 301108


---
Salam,

Fajar S Pramono

Catatan :
Sebuah apresiasi untuk wawasan pandang baru dari seorang F. Rahardi.
Agustus lalu, saya "diajak" beliau melihat Lembata di Nusa Tenggara Timur, melalui kisahnya dalam novel Lembata (Lamalera, Juli 2008). Kini, saya sudah "bersama" beliau di Gunung Kemukus Jawa Tengah, membacakan halaman demi halaman dalam novel Ritual Gunung Kemukus (Lamalera, November 2008). Sebuah kinerja sastra riset sekaligus sastra historis yang luar biasa menurut saya.
Selamat, Bung! Saya tunggu Para Calon Presiden-mu!

Ilustrasi : Sebuah pemandangan salah satu gunung volcano di Lembata. Diambil dari image53.webshots.com.

2 komentar:

sepertinya novelnya sungguh romantis, salam kenal

 

Novelnya asyik. Detail latar belakang yang membuat kita seolah memang ada di sana, bertingkah dengan kisah romantis ideologis.

Recommended pokoknya! :)

Thanks udah mampir ya.