Hati-hati dengan permulaan yang kecil, namun memiliki kemampuan membesar dua kali lipat pada tiap periodenya.
Atau lebih tepatnya, warning ini bukan berbunyi "hati-hati". Mungkin lebih tepat "jangan remehkan". So, jangan remehkan permulaan yang kecil, yang memiliki kemampuan membesar dua kali lipat tiap periodenya.
***
Ada sebuah cerita. Seorang lulusan S2 yang lulus test kerja hanya meminta gaji sangat kecil untuk awal bekerjanya. Hanya Rp 250.000,- per bulan.
"Kalau saya dinilai bisa bekerja baik, silakan Bapak lipatduakan gaji saya untuk bulan berikutnya. Itupun tak perlu Bapak bayar setiap bulannya. Silakan Bapak bayar pada akhir tahun, ketika Bapak merasa benar-benar puas atas hasil kerja saya," kata sang calon pekerja itu.
Bapak tua yang juga bos perusahaan besar itu tentu senang sekali. Ia merasa mendapat sumber daya manusia yang sangat baik, sekaligus murah.
Maka bekerjalah si S2 itu. Hasil kerjanya memang luar biasa. Dan sesuai komitmen, tiap akhir bulan sang bos membuat keputusan, bahwa bulan depannya ia tetap diminta bekerja kembali, dengan gaji sesuai yang disepakati.
Genaplah satu tahun si S2 bekerja. Sesuai yang diminta di awal bekerja, pada akhir tahun ia meminta haknya. Ia sodorkan sebuah "tagihan gaji" kepada sang bos.
Sang bos, yang sedang bersantai menikmati laba tahunan terhenyak, dan bahkan melompat dari kursinya saat itu juga! Ia kaget. Syok!
Anda tahu, nilai tagihan yang disodorkan anak buahnya itu? Rp 1.023.750.000,-!
Ya, satu milyar dua puluh tiga juta tujuh ratus lima puluh ribu rupiah, untuk satu tahun!
***
Atau, pernahkah Anda mendengar cerita ini.
Seorang petani, membawa kudanya ke seorang pemasang paku tapal kuda.
Ketika sang petani menanyakan ongkos pasang paku, dijawab oleh sang tukang, "Murah, Pak. Hanya Rp 1 untuk paku pertama, Rp 2 untuk paku kedua, Rp 4 untuk paku ketiga, dan seterusnya...."
Menganggap ongkos pasang paku itu sangat murah, si petani segera menginstruksikan.
"Pasang ke semua kaki kudaku!" kata si petani berbinar.
Tak sampai dua jam, semuanya selesai.
"Semua berapa, Pak? tanya sang petani jumawa.
"Paku per kaki ada 8. Kaki kuda Bapak ada 4. Jadi semuanya ada 32 paku. Total biayanya menjadi Rp 2.147.483.648,-, Pak. Saya diskon jadi 2 milyar saja...," kata si tukang kalem.
Hah? Dan si petani pun pingsan. Nggeblak!
***
Anda heran? Silakan hitung pakai
microsoft excel. :)
Saya sudah ingatkan di awal. Jangan remehkan sesuatu yang kecil, yang memiliki kemampuan mengganda pada tiap periodenya.
Sampai bulan ke-6, gaji si karyawati dalam cerita di atas secara total baru mencapai Rp 15.750.000,-. Berarti, rata-rata perbulan Rp 2.625.000,-. Masih murah untuk ukuran kerja yang sangat baik.
Tapi lihatlah begitu menginjak bulan ke-12.
Begitu pula ongkos pemasangan paku tapal kuda itu. Sampai paku ke-16 --yang berarti separuh dari total paku yang akan dipasang--, nilai tagihannya baru Rp 65.535,-. Itu berarti, setara dengan Rp 4.369,- per paku. Belum tergolong mahal.
Tapi, sampai ke paku ke-32? Wow....
Lipatan atau penggandaan yang membuat segalanya melonjak tinggi memang terjadi di masa-masa akhir, ketika "nilai kita" semakin tinggi. Satu "lompatan" saja akan menciptakan keuntungan yang luar biasa tinggi, jika kita sudah memiliki "modal awal" yang baik.
Modal itu bisa berupa kemampuan diri, kecakapan bekerja, semangat, dan sebagainya.
Anda bisa bayangkan, bagaimana kalau diri kita mampu melipatduakan semangat, melipatduakan kemampuan, melipatduakan kecakapan pada setiap periode tertentu?
Tak peduli berapapun "nilai" kita di awal, maka ia akan bisa menjadi sebuah kekuatan dan kemampuan dengan nilai yang mungkin tak akan terbayangkan sebelumnya oleh kita sendiri.
Dan ingat, jangan pernah kita berhenti jika apa yang kita usahakan belum maksimal. OK?
Salam introspeksi,
Fajar S Pramono
2 komentar:
bener pak, tak terpikirkna emang jika hasil nya sbgitu besarnya.
@ Mas Aan Hidayat Djufry : begitulah, Pak... Sering memang, kita tak menyadari sesuatu yang sesungguhnya penting dan berharga.
Terima kasih sdh mampir.
Posting Komentar