Banker on Writing

Ketika menulis adalah kebutuhan : katarsis, belajar dan berbagi

TABURAN BENIH KEBAIKAN, KEMBALI KEPADA KITA


Dari sebuah surat pembaca di Harian SINDO, 10 September 2008, terbukti sebuah "Hukum Tuhan". Bahwa siapa menabur kebaikan, maka, Insya Allah, kebaikan pulalah yang akan ia terima.

Adalah Sdr(i?). Budiarti Agus, di Joglo, Jakarta Barat, yang menulis surat pembaca tersebut. Isinya sederhana. Ia hanya bercerita sekaligus mengucapkan terima kasih kepada seorang sopir taksi (disebutnya bernama Rawi), yang dengan penuh kejujuran mengembalikan ponsel milik anaknya yang tertinggal di dalam taksi Dian, yang dikemudikan Sdr. Rawi tersebut, beberapa saat setelah meninggalkan rumahnya pada 8 September 2008.

Anda pasti yakin, bahwa karakter yang baik, masih banyak sekali dimiliki oleh mereka --para sopir taksi-- di Jakarta yang katanya semakin susah mencari orang baik ini. So, bukan cerita yang terlampau heroik tampaknya.

Hanya saja, dari apa yang disampaikan Sdr(i?). Budiarti Agus, ada satu hal yang saya yakin turut memberi andil bagi kebaikan yang tercipta. Saya merasa bahwa itu adalah "balasan kebaikan" yang diberikan Allah SWT melalui Rawi, sang sopir taksi. Bahwa ternyata, sebelum peristiwa pengembalian ponsel itu, keluarga Sdr(i?) Budiarti Agus dengan penuh keikhlasan menyiapkan air teh dan sedikit kue untuk buka puasa Sdr. Rawi di perjalanan.

Kali ini, saya yakin (mudah-mudahan saya salah besar), tak terlampau banyak keluarga yang bersedia merepotkan diri dengan berbuat seperti keluarga Sdr(i?). Budiarti Agus, apalagi kepada orang yang boleh dikata "tak dikenal". Bisa saja, sebuah keluarga hanya berpikir "saya sudah membayar penuh". Atau, kalaupun ada niat untuk memberi, bisa saja mereka hanya memberikan tips di luar argo taksi, yang bisa digunakan untuk berbuka puasa sang sopir.

Tapi, apa yang dilakukan keluarga itu lebih jauh lagi. Mereka bersedia sedikit repot, demi kebaikan yang secara ikhlas akan mereka tabur.

Karena itulah, dalam konteks keikhlasan berbuat baik, saya merasa apa yang dilakukan Sdr. Rawi adalah skenario Tuhan YME.

***

Namun demikian, saya juga yakin, bahwa tanpa adanya "penyiapan" makanan untuk berbuka dari keluarga sang penumpang pun, Sdr. Rawi tetap akan mengembalikan ponsel yang tertinggal itu. Karena saya yakin, skenario Allah itu akan disampaikan melalui orang dengan karakter yang "terpilih".

***

Memang, itu hanya sebuah adegan. Pemaknaan yang saya lakukan pun, bisa jadi terlampau berlebihan. Tapi, saya rasa, kisah-kisah seperti ini bisa menginspirasi, dan semakin memantapkan niat hati kita untuk senantiasa berbuat baik, tanpa pamrih. Ikhlas.

Biarkan Tuhan yang memberikan ganjaran-Nya. Biarkan Allah yang menunjukkan keridloan dan kebesaran-Nya. Yang penting bagi kita, jauhkan segala amal baik kita dari niat selain ibadah. Niatkan demi mengharap ridlo Allah, sekaligus bersihkan hati ini dari keinginan berbuat baik karena riya'.

Allah Maha Tahu. Allah Maha Besar. Dan Ia Maha Bijaksana.


Salam,

Fajar S Pramono


Ilustrasi : http://images.elfwood.com

0 komentar: