Banker on Writing

Ketika menulis adalah kebutuhan : katarsis, belajar dan berbagi

KALAU BISA PAKAI YANG MUDAH, KENAPA HARUS PAKAI YANG SULIT?


Betul. Kalau bisa pakai yang mudah, kenapa harus pakai yang sulit?

Ungkapan klasik yang kadang seringkali terdengar sebagai "kalau bisa mudah, kenapa dipersulit?", bahkan jamak diplesetkan menjadi "kalau bisa sulit, kenapa dipermudah?" itu rasanya pas banget untuk menunjukkan apa yang diposting seorang kawan TDA : Mas Adzan Wahyu Jatmiko. Seorang pemuda putih ganteng, pengantin yang (lumayan) baru :) dan pengusaha sukses itu. Yang beberapa waktu lalu bahkan sempat nongol dengan membanggakan di Media Indonesia.

(Sebelumnya mohon maaf, Mas Adzan. Saya akan meng-copy paste postingan Sampeyan. Sepanjang untuk kebaikan, dimaafkan ya, Mas? Hehe)

Begini isi postingannya. Judulnya cukup serius : Belajar Istilah-istilah Dunia Marketing Yuk!

--satu--
Loe liat seorang cewek cantik d sebuah pesta..
loe samperin trus langsung ngomong,'Gw orang kaya, nikah sama gw yuk!'
Itu namanya Direct Marketing

--dua--
Loe lagi di sebuah pesta sama temen2 gokil loe trus loe tiba2 liat ada cewe cakep
banget..
Salah satu temen loe samperin tuh cewe sambil nunjuk ke loe dia ngmg,'Dia orang
kaya, nikah ama dia yah!'
Itu namanya Advertising

--tiga--
Loe liat seorang cewek cantik d sebuah pesta.. loe samperin trus minta nomor henponnya..
besokannya loe telpon dia trus langsung ngomong,'Gw orang kaya, nikah sama gw yuk!'
Itu namanya Telemarketing

--empat--
Loe liat seorang cewek cantik d sebuah pesta.. loe rapihin dasi gembel loe, loe tuangin minum buat dia, bukain pintu buat dia, bawain barang2nya, trus sambil loe anterin pulang loe ngomong,'btw gw orang kayak, nikah sama gw yuk!'
Itu namanya Public Relations

--lima--
Loe liat cewek cantik di sebuah pesta..
Dia nyamperin loe trus ngmg,'Loe orang kaya kan , nikah sama gw yuk!'
Itu namanya Brand Recognition

--enam--
Loe liat seorang cewek cantik d sebuah pesta..
loe samperin trus langsung ngomong,'Gw orang kaya, nikah sama gw yuk!'
.. trus loe dapet gamparan pedes dari dia..
Itu namanya Customer Feedback

--tujuh--
Loe liat seorang cewek cantik d sebuah pesta..
loe samperin trus langsung ngomong,'Gw orang kaya, nikah sama gw yuk!'
.. trus dia kenalin loe ke suaminya..
Itu namanya Demand and Supply Gap

--delapan--
Loe liat seorang cewek cantik d sebuah pesta.. loe samperin tp blom juga loe sempet ngmg apa2, ada cowo laen dateng trus langsung ngomong,'Gw orang kaya, nikah sama gw yuk!' ..
Itu namanya Marketing Competition

--sembilan--
Loe liat seorang cewek cantik d sebuah pesta.. loe samperin tp blom juga loe sempet ngmg apa2, ada cowo laen dateng trus langsung ngomong,'Gw orang kaya, nikah sama gw yuk!' dan tuh cewe cabut pergi ma itu cowo..
Itu namanya Losing Market Share

--sepuluh--
Loe liat seorang cewek cantik d sebuah pesta..
loe samperin tp blom juga loe sempet ngmg 'Gw orang kaya, nikah sama gw yuk!' .. tiba2 istri loe nongol..!
Itu namanya Barrier To New Market Entry

***

Pfuuh! Saya salut pada pencipta "teori" di atas. Anda boleh tersenyum simpul, tersenyum tidak simpul, tertawa kecil, atau bahkan tertawa besar. Tapi, semua isi posting itu, semua contoh-contoh yang digunakan untuk menggambarkan istilah itu, sangat benar adanya. Ia yang tampak becanda, sesungguhnya adalah serius. Dan justru "kebecandaan"-nya itu yang membuat istilah-istilah marketing (itu bener-bener istilah marketing lho! --red) menjadi sangat mudah dipahami.

Ah, andaikan buku-buku teori yang "sok ilmiah" itu bisa diterjemahkan dalam bentuk yang paling sederhana, sebagaimana sesuatu yang dialami dalam keseharian kita, tentu banyak orang makin paham berbagai teori ilmiah dan literer "susah-susah" itu.

Saya jadi ingat, "semangat" ketika membuat buku pertama dulu. Semangat "memudahkan" pemahaman orang itulah yang saya pakai dalam gaya tulisan saya. Karena dalam pandangan saya, cukup "memusingkan" bagi orang awam jika harus dicekoki berbagai istilah perbankan yang banyak diambil dari istilah akuntasi berbau western.

"Semangat" itu juga yang saya pakai dalam mengisi kolom saya di Majalah Wirausaha & Keuangan, yang rencananya akan diterbitkan sebagai sebuah buku menjelang akhir tahun ini.

Namun tentu saja, kemampuan saya dalam "memudahkan" pemahaman orang masih sangat jauh dibanding pencipta posting di atas.

***

Ah, untuk jadi pintar, memang tak selalu harus mengkonsumsi sesuatu yang "sok sulit". Kadang, untuk jadi sehat, tak harus selalu mengkonsumsi obat-obatan dan suplemen yang pahit-pahit itu. Ada buah-buahan yang segar, juga ada sayur-sayuran yang enak. Itu kata orang yang suka sayur dan buah, yang pastinya bukan saya yang "alergi" serat alami... (makanya jadi gendut begini, hehe...)

Kadang juga, untuk jadi sukses, tak harus dengan ide-ide besar, yang bahkan dalam pelaksanaannya menjadi kegamangan. Banyak kesuksesan yang berasal dari ide kecil, namun menjadi sesuatu yang besar karena dilaksanakan dengan keseriusan yang tinggi.

Menutup posting ini, saya jadi kepikiran untuk membuat contoh-contoh mudah untuk istilah-istilah perbankan. Mampu nggak ya? :)


Salam,

Fajar S Pramono


Ilustrasi : http://school.scrabble-assoc.com

2 komentar:

iNSYAaLLAH MAMPU mAS.....!!!

 

Mampu atau mampus, Mas? Hehe...

Sampeyan kan juga orang perbankan. Jadi Sampeyan juga harus "menyumbangkan" kemampuannya.

Eh, btw, kata "menyumbangkan" itu bisa berarti "memberi sumbangan", bisa juga berartri "membuat sumbang" ya? Hehe...