Banker on Writing

Ketika menulis adalah kebutuhan : katarsis, belajar dan berbagi

MELATIH MENTAL


Kapan sebenarnya, atau kapan sih, momen paling efektif bagi kita untuk melatih sebuah mental tertentu? Misalnya, mental bertanding, mental juara, mental untuk tampil dengan percaya diri?

Jawabnya : pada saat orang itu ikut bertanding. Pada saat individu itu terus menapak ke tangga juara. Pada saat orang-orang itu mencoba untuk benar-benar melakukan action di sebuah forum or pertunjukan.

Ya. Tanpa ikut bertanding, tanpa berani menapakkan langkah dari hulu ke hilir juara, tanpa keberanian untuk mulai mencoba, maka mental itu akan sulit terbentuk.

Melatih mental tanpa melakukan action sebagai tindak lanjutnya, sama saja belajar berenang tanpa pernah nyebur ke kolam. Persis sama dengan belajar pede dari sekolah kepribadian tanpa pernah tampil di muka umum.

Kalau seperti itu, kapan konstruksi mental yang diinginkan bisa benar-benar terwujud?

Semalam, saya meyakini telah terjadi perubahan mental dari teman-teman satu tim saya di kantor. Bukan urusan pekerjaan, tapi urusan untuk tampil menghibur di depan audience.

Ceritanya, ada kesempatan untuk menampilkan kebisaan atau atraksi atau apapun, dalam sebuah malam kebersamaan. Waktu yang hanya dua hari pasca pemberitahuan --di tengah tumpukan pekerjaan, efektifnya bahkan hanya dua jam!-- untuk latihan, sempat membuat kawan-kawan tampak bingung. Belum yakin dengan apa yang akan ditampilkan.

Saya, atau tepatnya antar kami, terus memompa keberanian, karena memang pada akhirnya kami sepakat untuk tampil "gila". All out, yang tentu berbeda sekali dengan "karakter" keseharian kami yang seringkali harus tampil serius, dengan dahi yang berkerut.

Sempat tidak pede, dan bahkan teman-teman belum bisa membayangkan seperti apa mereka nanti di pentas. Saya bilang, kita are the best! Kita paling siap, dan pasti akan tampil baik sesuai rencana.

Benarlah. Eng ing eeeng.... jreng! Tampillah kami malam tadi. Dengan bekal pede yang sudah mulai merasuk, kami benar-benar tampil all out. Hasilnya? Luar biasa! Kami dinilai tampil paling baik, dan menang! Alhamdulillah....

Tapi bukan itu. Yang penting saya ceritakan adalah, bahwa saya melihat sebuah perubahan besar terhadap teman-teman. Yang semula nggak yakin bisa tampil baik, menjadi yakin. Yang semula merasa kurang pedhe, jadi sangat pede. Yang semula deg-degan dan khawatir akan kesuksesan, menjadi percaya dan mantap bahwa "kita memang bisa!". "Penghargaan" berupa kemenangan dan antusiasme audience membuktikan semua itu.

Keyakinan, kepercayaan diri dan ketetapan hati bahwa "kita memang bisa!" tadi saya yakini tak akan muncul secepat dan seefektif itu terbentuknya, jika kami tak berani untuk mulai mencoba. Kalau hanya membayangkan di atas kertas atau di dalam benak, saya tak yakin mental itu akan terlatih.

Saya bahkan yakin, setelah ini, semua personel akan berubah menjadi sangat pede jika ada permintaan tampil. Tak ada malu-malu yang kontraproduktif lagi. Tak ada ragu-ragu bahwa mereka bisa berbuat yang terbaik.

Semoga semua itu merasuk ke kepercayaan diri dalam bekerja. Amien.

Dan itu, memang pe-er buat kami.


Salam,

Fajar S Pramono


--Thanks to Ricky Andriano yang sangat mendukung kami dalam "latihan mental" ini. You're the best, Rick!--


Ilustrasi : http://kiatpenjualan.com

0 komentar: