Jalan Lubang. Sejumlah pengendara kendaraan bermotor melintasi jalan berlubang di tengah jalan dengan ketinggian sekitar 1,5 meter, karena hilangnya besi sekat pembuangan air di Underpass UKI, Jakarta Timur, Kamis (22/1). Besi sekat pembuangan air tersebut sudah hilang selama 4 hari. Hal tersebut bisa membahayakan keselamatan bagi para pengendara kendaraan bermotor.Itu adalah kutipan berita foto di
http://jurnalnasional.com kemarin (23/01/09). Gambar fotonya sekalian saya
copy paste seperti Anda lihat di atas.
Lama saya mengamati gambar itu. Saya baca berulang-ulang beritanya. Ya, besi sekat itu tidak ada. Kemana? Hilang, kata berita foto itu.
Saya terbayang kondisi di underpass UKI itu. Tak sekali dua saya melintasinya. Saya percaya, kedalaman saluran pembuangan air di situ memang bisa lebih dari 1,5 meter. Karena apa? Karena memang itulah salah satu cara paling efektif "membuang" air ketika hujan lebat turun. Posisi jalan yang memang di bawah, membuat keberadaan saluran itu sebagi sebuah kemutlakan demi terhindarnya banjir dan genangan.
Saya baca lagi : besi sekat pembuangan air itu hilang. Ya, hilang. Bukan patah. Bukan rusak karena keropos atau korosi. Tapi, hilang.
Melihat gambarnya, saya juga percaya bahwa besi itu hilang. Saya percaya, sang wartawan juga sudah melakukan "investigasi" sebelum menuliskan berita fotonya. Artinya, itu bukan "
force majour" karena faktor "alam" yang terjadi, tapi akibat tindak kriminal. Dicuri.
Dan saya geram. Dan saya emosi. Kok ada, orang yang berbuat jahat banget seperti itu ya?
Saya menyebut "jahat banget", karena jelas-jelas kelakuan itu amat amat dan sangat sangat membahayakan banyak orang, bahkan orang-orang yang mungkin "tak punya dosa" kepada si pencuri ataupun kepada jalanan itu sendiri. Saya tak tahu juga, apakah rusaknya "pagar pembatas" yang dipasang di dekat lubang itu (
lihat gambar) mengindikasikan telah adanya korban dari kemunculan lubang bahaya itu.
Saya memvonis : luar biasa jahat si pengambil besi sekat itu.
Saya jadi teringat dengan para pelaku kriminal yang gemar mencuri baut maupun bantalan rel, hanya untuk dijual sebagai besi tua dan balok material.
Bayangkan, hanya demi uang, mereka tega mengorbankan keselamatan banyak orang yang mungkin "tak pernah berdosa" pada si pelaku dan pada PT. KAI. Kenapa orang-orang itu yang musti jadi korban?
Rubrik
Redaksi Yth di Harian
Kompas yang berisi surat pembaca, hari kemarin (23/01/09) juga memuat sebuah kisah tentang pelemparan batu oleh entah siapa di sepanjang rel yang dilintasi kereta api bisnis
Bangunkarta Jakarta Senen - Madiun, yang kebetulan ditumpangi si penulis surat.
Diceritakan, seorang ibu yang sedang hamil tua dan kebetulan duduk di depan si penulis surat, menjadi korban lemparan batu berdiameter 3-5 cm. Hasilnya? Hidung sang ibu yang seharusnya terjaga dari ketidaknyamanan fisik dan mental selama mengandung itu patah. Luka menganga cukup lebar, serta banyak darah yang keluar. Tragisnya lagi, si ibu dan putrinya harus turun di Stasiun Cikampek untuk memperoleh pengobatan lebih lanjut.
Masih dalam perjalanan yang sama, tak lama kemudian, terdengar sebuah teriakan lagi. Seorang bapak terkena lemparan batu di pelipis dan terluka cukup parah. Beruntung, bapak yang ini masih kuat melanjutkan perjalanan hingga Cirebon.
***
Ya ampun. Kok jahat-jahat banget sih, mereka? Apa sesungguhnya yang ada di benak para pelaku itu?!
Saya tak berani menebak motifnya. Saya belum punya kemampuan untuk itu. Yang bisa saya lakukan, hanyalah mengingatkan diri sendiri dan mengajak pada yang membaca posting ini, agar tidak pernah sekali-kali menjadi bagian dari "orang-orang jahat" seperti itu.
Na'udzubillahi min dzalik.
Kita semua berlindung dari bisikan sesat yang bukan saja akan menjadikan diri kita berdosa, namun juga bisa merugikan --bahkan mencelakakan-- banyak orang yang "tak bersalah". Amien...
Salam,
Fajar S Pramono
0 komentar:
Posting Komentar