Banker on Writing

Ketika menulis adalah kebutuhan : katarsis, belajar dan berbagi

HATI-HATI... AWAS REM MENDADAK!


Merespon komentar seorang kawan lama di postingan seputar reactive people beberapa waktu lampau, saya jadi teringat kisah dua pagi yang lalu. Kok hampir persis yang dicontohkan Bung Herry Priyono ya?

Di bukunya, Bung Herry mencontohkan salah satu perilaku reaktif manusia dan model reaktifnya, tentang seorang eksekutif muda yang pulang kerja dengan mobil mewahnya, tiba-tiba begitu saja mengumpat dan memaki (respons), akibat marah (perasaan) yang ditimbulkan oleh seorang pengemudi angkot yang mengerem mendadak kendaraannya (stimulus).

Dalam teorinya, Bung Herry memang menggambarkan model reaktif sebagai berikut :

    • stimulus ----> perasaan ---> respons

Dalam kisah eksekutif muda vs pengemudi angkot tadi, model reaktif tadi digambarkan sebagai berikut :

    • rem mendadak ----> marah ----> memaki/mengumpat

***

Nhah, kejadian yang saya alami kemarin lusa itu persis sama. Cuma bedanya, saya bukan eksekutif muda, dan "lawan" saya bukan pengemudi angkot, tapi sopir bajaj.

Sudut pandang yang mau saya sampaikan, juga beda dengan ulasan Bung Herry.

Begini ceritanya...

Pagi ketika saya berangkat ke kantor, tiba-tiba ada bajaj yang berhenti mendadak, seenaknya, tanpa menepi, tanpa memberi kode apapun, persisi di depan saya, di jalan yang tak terlampau lebar itu, di daerah Paseban. Jadi ingat seloroh teman-teman tentang bajaj ini : "Hanya Tuhan dan sopir bajaj itu sendiri yang tahu, ke mana bajaj akan berbelok", hehe.

Saya pun terpaksa mengerem mendadak. Ciiit...!!!

Persis seperti teori Bung Herry, hampir saja saya "meledak" akibat stimulus itu. Namun, mata saya tiba-tiba terantuk pada tulisan di belakang "kabin" bajaj : HATI-HATI... AWAS REM MENDADAK!

Dhueenggg...!!!

Dari mau marah, tiba-tiba saya jadi "geli". Sialan, batin saya. Saya bayangkan, paling banter, nanti kalau saya marahin, sang sopir akan bilang, "Lho, bukannya sudah ada peringatan di bajaj saya?"

Dengan hati dongkol yang akhirnya disabar-sabarkan menjadi sabar beneran, kami (ya, saya dan bajaj itu) berjalan lagi. Saya tetap di belakangnya, karena memang lebar jalan tak memungkinkan saya untuk menyalipnya.

Beberapa ratus meter kemudian, persis sebelum Pasar Paseban, mendadak, "Ciiiit...!!" Tiba-tiba saya harus mengerem keras lagi. Apa pasal? Ya, lagi-lagi bajaj itu berhenti mendadak, di tengah-tengah jalan lagi seperti sebelumnya, karena melihat adanya calon penumpang baru di sisi kiri jalan!

Dhueenggg....!!! Dhueng yang kedua pun muncul.

Rasa jengkel muncul lagi. Tapi, berkat "ancaman" Bung Herry yang "memprovokasi" khalayak untuk "say no to reactive person", saya memaksa diri untuk tetap sabar.

Meskipun akhirnya berhasil, saya jadi mikir : apa iya sih, hanya karena sudah memberikan warning alias peringatan, seseorang lantas bisa seenaknya bersikap?

Ini yang terus jadi pikiran di benak saya. Apa karena sudah ada tulisan besar HATI-HATI... AWAS REM MENDADAK! itu, lantas si sopir bajaj merasa 'sah" untuk melakukan manuver membahayakan dengan mengerem mendadak di tengah laju banyak kendaraan yang cukup kencang?

Apakah karena pihak manajemen sebuah pasar tradisional sudah memasang pengumuman "HATI-HATI TERHADAP COPET DAN TINDAK KRIMINAL LAINNYA", lantas pengelola pasar itu bisa seenaknya tidak melakukan upaya pengamanan terbaik terhadap pengunjungnya?

Apakah seorang teller bank bisa seenaknya menyerahkan segepok uang kepada nasabahnya tanpa memastikan kebenaran perhitungan nilai uangnya, hanya karena sudah ada tulisan
"DIMOHON SEBELUM MENINGGALKAN COUNTER TELLER, PASTIKAN JUMLAH DAN KEABSAHAN UANG ANDA. KLAIM SETELAH MENINGGALKAN TELLER TIDAK KAMI LAYANI"? Padahal, tak semua nasabah sempat menghitung kembali. Padahal, tak semua nasabah mengetahui cara untuk membedakan mana uang asli mana uang palsu.

Intinya, apakah hanya karena tanggung jawab yang seolah sudah "dilimpahkan" kepada pihak lain itu, kita lantas bisa menjadi orang yang seenak-udelnya sendiri dalam bersikap?

Menurut saya tidak. Peringatan, himbauan memang harus diberikan. Tapi hal tersebut tidak bisa diartikan bahwa tanggung jawab atas keselamatan atau kebenaran itu serta merta tidak lagi menjadi tanggung jawab pemberi peringatan atau himbauan tadi.

Meskipun peringatannya terpampang jelas di bagian belakang body bajajnya, tidak selayaknya sang sopir bajaj melakukan manuver gila jalanan seperti itu.

Tidak bisa dibenarkan, lantaran sudah memasang papan himbauan kewaspadaan, pihak pengelola pasar tidak berusaha menciptakan sistem pengamanan yang solid dan membuat nyaman pengunjung.

Tidak bisa dimaklumi, jika hanya karena sudah "intruksi" kepada nasabah di toonbank teller bank, sang teller tidak memastikan kembali kebenaran transaksi di depan nasabah itu sendiri.

Kesimpulannya, memastikan semuanya berjalan baik adalah tugas kita bersama. Tuan rumah maupun tamu. Kita sendiri maupun "lawan" aktivitas kita.

Kita harus berkendara hati-hati, tapi sopir bajaj juga tidak boleh seenaknya sendiri.

Pengunjung pasar wajib selalu waspada, tapi pola pengamanan terbaik tetap harus diberikan pengelola.

Nasabah musti bersikap kritis dan teliti, tapi sang teller juga harus cermat dan secara aktif memastikan kebenaran hasil transaksi.

Dalam pola seperti itulah, saya yakin, semua akan terus berjalan lebih baik dari hari ke hari. Edukasi bukan tuntutan kepada salah satu pihak, tapi menjadi keharusan bagi semua pihak.

Setuju?


Salam,

Fajar S Pramono


Ilustrasi : http://tenantsforchange.files.wordpress.com

4 komentar:

hati2 jg sm MAK, baik sbg perekomendasi maupun pemutus, AO skrng pada pinter "nyari selamat" dengan menyelipkan kalimat yg memberatkan pemutus, makanya baca yg detail Mas.......banyak AO yg lebih pinter dr MP nya bahkan Pincanya....... narsis dikit

 

Thanks masukannya. Tapi, tentang yg terakhir, kayaknya itu contoh kasus di sebuah kota di Jawa Timur deh! Hehehe...

Hidup narsis! :D

 

Hahaha (ketawa dulu ah).Mas,pernah enggak perhatikan aneka tulisan di truk. Ini hasil inventarisasiku :Doa Ibu (beriman bgt),Kutunggu Jandamu (tabah),Ayu adhine ( gambarnya embak2 sexy, perlu imaginasi tinggi hehehe),She are niphar(ini biasanya di metromini),Papa Pulang Mama Basah(apa coba, hukum archimedes kali)yg paling membuat aku tersenyum adl tulisan yg hanya 1 kata :SEMOX.Nah,sy selalu bertanya,apa sih yang ada di benak saat menulisnya. Apkh ia nulis sambil ketawa atau serius. Perlu diketahui, tulisan itu berseni dan rapi,tak asal2an.Sekedar hiburan tatkala supir bajaj mengerem mendadak hehehe

 

@ Titik : Bener banget, Tik. Aku juga pernah motret tulisan di minibus : Exekutive (maksunya "executive", full musik (mestinya "full music"), dsb...

Tapi aku seneng. Semua itu bisa jadi hiburan tersendiri di tengah penatnya kemacetan lalu lintas... :)