Haruskah aku menunggu ibu meninggalkan dunia fana ini; hanya sekedar untuk bisa mengenangnya?
Mustikah aku merasakan kehentian kasih ibu; semata untuk bisa menikmati sedihnya?
Sayang Ibu, tak sekedar hadir dalam nyata. Ia pun menyentuh dalam maya.
Sosok Ibu tak semata yang ada di depan mata. Tapi ia pun yang menggendong kita dalam jaraknya.
Tertanamkah getar manakala kita menggurat do’a untuk orang tua? Tergerakkah ketika terdengar dongeng tentang Baginda Nabi yang menyebutkan namanya tiga kali sebelum nama yang lain untuk dibakti-i? Tersengatkah saat seorang anak meneteskan air mata ketika menembangkan lagu Bunda di televisi kecil kita?
Rasakan getar gerak dan sengat itu. Hunjamkan ke dalam hatimu, riuh perasaan sayang yang mendatangimu. Lekatkan ke kedalaman dinding sebongkah daging merah dalam dadamu.
Rabalah dan nikmati.
Itulah kasih sayang Ibu, Nak….
Rawasari, 071208***
Salam,
untuk mengenang kedua ibu kami :
Ibu Sri Rejeki dan Ibu Siti Syamsiyah.
Kami selalu berdo'a untukmu, Ibu.
Fajar S PramonoIlustrasi : http://3.bp.blogspot.com
0 komentar:
Posting Komentar