Banker on Writing

Ketika menulis adalah kebutuhan : katarsis, belajar dan berbagi

MENJADI PERESENSI


Resensi buku, merupakan salah satu produk tulisan yang sudah cukup lama saya ’tinggalkan’. Terakhir muncul di media, lebih dari setahun yang lalu. Tepatnya tanggal 18 Februari 2007, di Harian Seputar Indonesia (SINDO). Sebelumnya, beberapa media seperti Jawa Pos, Suara Merdeka, Solopos, Pos Kita, Wawasan hingga ke Tabloid Bisnis Indonesia bersedia memuat hasil resensi saya.

Lalu, apa yang mau saya sampaikan di blog ini?

Yup! Saya mau melakukan afirmasi, bahwa saya harus bisa comeback menjadi peresensi buku untuk media massa! Insya Allah, amien.

Why? Pertama, sayang sekali rasanya, kalau deretan buku yang sempat saya baca tidak sempat disebarluaskan ilmunya ke lebih banyak orang. Bukan berarti yang sudah baca selalu lebih pintar, tapi mungkin sekedar lebih dahulu tahu.

Kedua, kepuasan hati. Seperti biasa, ada ’sesuatu’ yang sangat unik di dalam diri manakala melihat tulisan hasil karya sendiri ada di media. Seneng, bangga, lucu, kadang ‘malu’ (hehe), pokoknya campur baur lah! Di situlah katarsis plus-plus tercipta buat saya. Bukan sekedar penyaluran, tapi bahkan bisa membuat kebanggaan. Makanya disebut katarsis plus-plus...

Ketiga, honor. Haha, akhirnya pragmatis juga!
Eh, tentang honor ini, memang ada perhitungan matematis (sekaligus bisnis kali ya), berkaitan dengan hobi saya belanja buku. Jujur saja, dari penghasilan yang masuk setiap bulan, setidaknya saya menggunakan 10% dari jumlah yang ada untuk membeli buku. Dengan penghasilan bulanan yang –mohon maaf, bukan berarti kurang bersyukur– belum bisa disebut besar, rupiah itu cukup signifikan.

Lha blaik tho, kalo terus-terusan. (Ini sih lebih merupakan kalimat istri saya, yang suka protes kalo saya kebanyakan belanja buku, apalagi kalo buku baru hasil belanja minggu lalu belum tersentuh! Hehe...)

Nah, dengan adanya honor ini, diharapkan bisa menjadi salah satu alternatif sumber pembiayaan bagi hobi yang satu ini.

Ya, berdasarkan pengalaman, anggaplah satu buku seharga 50 ribu. Diresensi, ditambahi modal kertas, tinta printer dan jasa kirim ke media, sebutlah 65 ribu. Klo dimuat, dapat 150 ribu, atau pernah 300 ribu, bahkan bisa lebih. So, dari situ, kita bisa beli minimal 2-4 buku baru, sisanya masih bisa dinikmati.

Dua sampai empat buku tadi diresensi lagi, syukur bisa dimuat 2 biji. Dapat honor 2x lipat. Bisa belanja buku juga 2x lipat. Bisa menikmati sisa honor 2x lipat. Kalo yang dimuat 4x lipat? Hayoo...

So, saya ingin membuat ”pohon uang buku” dari meresensi. Ini afirmasi! Insya Allah Gusti Allah ngijabahi. Amien...

Lalu, apa yang mau saya lakukan?

Afirmasi lagi, sampai akhir Mei ini saya telah merencanakan mengirim minimal 2 hasil resensi ke media. Sabtu (17/05/08) besok, saya mau (nekat) datang ke Temu Blogger Buku se-Indonesia di Mata Hari Domus Bataviasche Nouvelles Café, di Jl. Veteran I / 30-33 Jakarta Pusat. Mudah-mudahan saja boleh masuk, hehe.

Kebetulan sekali (ini bagian dari Law of Atrraction juga tampaknya), sahabat saya Titik Kartitiani yang sudah lebih banyak malang melintang dan banyak berinteraksi dengan para penulis blog buku kemarin sore telpon. Ia bahkan mengajak ke sana, termasuk ingin memperkenalkan langsung dengan para penulis blog itu! Wow, luar biasa!

Saya yakin, akan banyak manfaat dan LoA yang ada di sana.

Mohon doa restu, agar afirmasi ini dapat mewujud dalam kenyataan. Amien.


Salam buku,

Fajar S Pramono

1 komentar:

good, pak fajar....
saya tunggu tulisan anda selanjutnya
tks