Hampir semua pakar, ahli,konsultan, motivator, senior atau apapun istilah yang merujuk pada tingkat kepintaran yang lebih, selalu menekankan adanya faktor
passion dalam upaya menggapai kesuksesan.
"Fokuslah pada apa yang menjadi
passion-mu, maka seolah kamu tidak sedang berbisnis. Sekedar melaksanakan hobi."
"Cintailah apa yang kamu kerjakan sehingga ia bisa menjadi
passion-mu, dan kamu akan merasakan seolah sedang tidak bekerja."
"Segala sesuatu yang dilakukan berdasarkan
passion, akan selalu menguatkan dirimu untuk terus menjadi lebih baik, lebih baik dan lebih baik."
"Jadilah
expert pada
passion kamu, maka kamu akan selalu menuju pintu keberhasilan."
Begitu kata-kata para pakar itu.
Masalahnya adalah, bahwa ternyata tidak mudah bagi semua orang untuk tahu
passion-nya sendiri. Juga, masih banyak orang yang bahkan tidak tahu bidang apa yang menjadi
expert-nya. Betul itu!
Dalam perjalanan yang menciptakan persahabatan yang lebih luas, saya pun menemukan kelompok orang yang demikian, yang tak kalah dalam segi jumlah ketika dibandingkan dengan orang-orang yang merasa telah menemukan
passion-nya. Atau bahkan, jangan-jangan, kelompok yang "tak tahu
passion" ini lebih banyak anggotanya?
Wallahu a'lam.
So, adalah kurang bijak bagi mereka yang sudah bisa berjalan di atas
passion, mengembangkan dirinya berdasarkan
passion, atau setidaknya tahu cara menggali
passion dalam dirinya, tapi tidak mengkomunikasikannya kepada mereka yang belum tahu.
Saya berusaha mencobanya, dalam tataran yang paling rendah. Mudah-mudahan upaya saya ini bisa mengurangi jumlah orang yang "kurang bijak" itu, hehe.
Mengingat pelaksanaan
passion adalah hal yang paling dekat untuk mengantarkan kepada keahlian/kecakapan (
expert)--dan pada akhirnya kesuksesan--, maka saya akan mengarahkannya pada bagaimana cara kita mengetahui
passion, dan pada akhirnya paham di bidang apa kita bisa
expert.
Ada dua masukan sederhana dari dua orang pakar motivasi. Yang pertama, dari Pak Jamil Azzaini. Seorang Inspirator Gerakan Sukses-Mulia, yang juga Direktur PT. Kubik Kreasi Sisilain. Gagasan dan pemikirannya dapat disimak di
Trijaya Network setiap hari Kamis pukul 17.00 - 18.30 WIB.
Ini saya sebut, pencarian
passion dari dalam diri (internal). Saya ambil dari buku terbarunya Pak Jamil :
Tuhan, Inilah Proposal Hidupku (Gramedia, 2009).
Pertama, daftarlah semua kegiatan yang telah Anda jalani dan banyak menghabiskan waktu.
Kedua, kelompokkanlah kegiatan-kegiatan itu ke dalam tiga bagian : kegiatan yang Anda kuasai, kegiatan yang Anda cintai dan kegiatan yang menghasilkan. Satu kegiatan bisa termasuk dalam tiga bagian tersebut.
Ketiga, pilih dari daftar tersebut, satu, dua atau tiga hal yang paling Anda kuasai, Anda cintai dan sekaligus menghasilkan.
Dan, itulah diri Anda. Itulah
passion Anda, yang sangat memungkinkan Anda untuk menjadi
expert di bidangnya. Mengerjakan
passion, sekaligus tetap menghasilkan.
Setelahnya --tulis Pak Jamil-- mulailah mengalokasikan waktu Anda sebanyak-banyaknya untuk bidang tersebut.
Bidang yang lain? Delegasikan saja pada orang lain yang memang
expert di bidang lain itu.
Gampang kan? Silakan dicoba.
Masukan yang kedua, datang dari Pak Mario Teguh. Saya mendapatkannya dalam
Mario Teguh Golden Ways bertema "
The Power of Imaginary Regrets", tadi malam (08/02/09), dan saya menyebutnya sebagai faktor eksternal, karena pengetahuan akan kehebatan kita ini justru kita yakinkan pada diri sendiri melalui respon orang lain terhadap apa yang kita lakukan.
Lakukanlah segala sesuatu, apapun itu, namun juga perhatikan tingkat keseringan orang-orang untuk mengucapkan kata-kata atau melakukan hal-hal di bawah ini :
Pertama : ucapan "Terima kasih". Semakin banyak orang yang mengucapkan terima kasih, merupakan indikasi awal bagi "kepuasan" orang lain terhadap apa yang Anda lakukan.
Kedua : desis ataupun teriakan "Wow!". Jika banyak orang yang merespon apa yang Anda lakukan dengan ungkapan "wow", ini adalah indikasi untuk menunjukkan bahwa Anda memang jago di bidang itu. "Ketakjuban" mereka adalah indikasi pengakuan terhadap kehebatan Anda.
Ketiga : bersedia membayar Anda. Kesediaan orang lain untuk mengeluarkan effort berupa biaya kepada Anda secara ikhlas untuk melakukan sesuatu, menunjukkan adanya tingkat kepakaran yang dibutuhkan oleh orang lain tersebut. Mereka tidak hanya mengakui kehebatan Anda, tapi bahkan meletakkan kehebatan itu pada kerangka profesionalitas. Kepakaran.
Keempat : pengakuan "Hanya Anda yang bisa!". Ungkapan ini lebih menunjukkan
personal branding kita atas kepakaran kita dalam sebuah bidang. Dan ini berarti, tingkat ke-
expert-an kita --bisa jadi-- sudah di atas rata-rata.
Kelima : ungkapan "Untung ada Anda!". Hmm.. di tingkat ini, Anda seolah seorang "peri penyelamat", yang telah membuat proses hidup orang lain menjadi lebih lancar menuju tujuannya. Istilah "untung ada Anda" bahkan menunjukkan sesuatu yang semula dibayangkan bersifat tidak mungkin (
impossible), tanpa harapan (
hopeless), menjadi sesuatu yang mungkin dan berpengharapan.
Gampang juga, ya? Silakan dicoba juga.
Maka dari itu, mari kita coba inventarisir berbagai respon orang terhadap apa-apa yang telah kita lakukan selama ini.
Adakah beberapa contoh ungkapan atau tindakan orang lain itu secara kuat mengindikasikan kehebatan kita?
Jika ada, itulah diri kita. Itulah kehebatan kita, dan itulah
expert kita.
Mudah-mudahan, uraian di atas bisa membantu Anda untuk menemukannya.
Salam,
Fajar S PramonoIlustrasi : http://www.affiliatespeedway.com