Banker on Writing

Ketika menulis adalah kebutuhan : katarsis, belajar dan berbagi

SEREMONIA BANGSA SAKIT -- yang ingin bangkit


1 //

Sengaja aku menunggu saat
membiarkan makna kebangkitan
menyeruat menyemburat mencuat luap
bersama idealita sekaligus ego-ego sekulernya

Sengaja aku menunggu masa
sekedar untuk melihat dalam fana
Adakah bangkit akan menyerupa karsa
yang mencipta karya dan menyempurna?

Kutengok di gelora di jalanan di media di layar kaca
Kucoba mencecap segala aroma segala indra

Tak terasa
tak tertancap apapun jua
Kebangkitan masih sebatas upacara
yang ambruk di bawah selera manja manusia

Sungguh,
Seremoni takkan kuasa mencipta makna



2 //

Menelikung segala nyata di depan mata
bukan sesuatu yang mustahil bagi kita

Berikan bumbu-bumbu perasa
kepada perilaku manja dan pelaku hampa
maka gelegak api di bawah tungku pemanas
pastikan sanggup mengganti ritual sang naga
untuk bangun dari tidur siangnya

Berpercayalah beryakinkanlah
tak ada yang tak bisa
karena sungguh dalam hati tertanam jiwa
kasihan Indonesia


3 //

Mengendus rasa bahagia
terasuk infus-infus pencipta bangga
Naga pura-pura naga rasa-rasa
telah menjelma menjadi naga yang sebenarnya

Riuh rendah dan rendah riuh seremonia
tak memalukan, tak memerlukan buangan muka
Bersama nyata yang tertelikung
terasa nyaman sebuah negara
terasa indah sebagai keluarga



• Menyebelah Rutan Salemba, 21 Mei 2008


***

Salam sastra,

Fajar S Pramono

NB : Ilustrasi diambil dari Media Indonesia

0 komentar: