Banker on Writing

Ketika menulis adalah kebutuhan : katarsis, belajar dan berbagi

ITU BUKAN MASA TUA KITA


Indopos, Minggu 21/12/08. Saya tak menyangka, kalau warga senior alias kaum tua Jepang begitu mencemaskan hari tuanya.

Hari tua menjadi saat menakutkan bagi warga Jepang. Tak ada teman, tak punya keluarga di rumah. Mereka pun melakukan "apa saja" agar mendapatkan teman ngobrol. Termasuk melakukan kejahatan kecil-kecilan.

Ya, kabarnya, mereka rela masuk penjara, hanya sekedar untuk memiliki teman ngobrol.

Naudzubillahi min dzalik. Semoga itu tidak terjadi pada kita.

***

Dikisahkan dalam artikel itu, bagaimana para warga senior --warga berusia 65 tahun ke atas-- terus berupaya bisa bekerja, sekedar untuk menangkis rasa kesepian. Dengan bertemu teman kerja, klien, atau tamu perusahaan, maka mereka merasa "hidup".

Lihatlah Kaneko. Beliau adalah seorang wanita 70-an tahun, yang masih terus berkeinginan untuk bisa bekerja sebagai cleaning service di Hotel Shinagawa Prince Hotel, Tokyo. Atau Yoshui, pria 60 tahun yang masih bekerja di bagian kebersihan Stasiun Kereta Api Yokohama.

Mereka bekerja bukan untuk uang. Sebagaimana juga teman-teman Yuji, yang sengaja mencopet atau mengutil di supermarket, agar bisa dihukum. Aneh? "Di penjara banyak teman ngobrol," kata Yuji menceritakan alasan teman-temannya.

Satir dan getirnya, Yuji sendiri juga penderita sindrom kesepian. Hampir tiap malam ia tertidur di rumah makan langganannya, sampai-sampai si pegawai rumah makan itu tak tega mengusirnya. Ya, semata karena tahu alasan, kenapa Yuji "terpaksa" begitu. Ia tak punya teman di rumah...

Di luaran, tak sedikit "senior" yang menghabiskan waktu untuk berkeliaran tak tentu arah, sekedar duduk atau bahkan rebahan di depan pertokoan.

Sekali lagi, mereka bukan tak punya uang, atau tak punya rumah. Mereka kesepian.

***

Saya yakin, itu bukan masa depan dambaan kita. Tentu kita inginkan masa tua yang bahagia.

Apa yang kira-kira bisa kita lakukan ya? Saya punya beberapa pikiran.

Pertama, mari investasikan waktu kita untuk berteman. Membuka jejaring. Network.

Berteman sendiri adalah investasi masa depan. Pertemanan yang hangat dan baik, saling menguntungkan, saling mengingatkan dan saling mengisi, tak akan bisa lekang oleh waktu. Ia bisa berumur sampai kita dipanggil Yang Kuasa. Tak pandang usia. Apalagi, kondisi dan teknologi telah mampu membuat jarak yang panjang menjadi seolah tak berjarak.

Kedua, mari membentuk keluarga yang hangat. Sakinah, mawahdah, warrohmah. Saling menghormati, saling menghargai. Ya antar saudara, apalagi antara anak dan orang tua.

Adalah kewajiban mutlak seorang anak untuk menghormati orang tua, berbakti, sekaligus menjaganya sepanjang waktu. Pun sebaliknya. Jika dalam keluarga tercipta kehangatan yang membahagiakan, mulai dari kakek buyut hingga cicit, mulai dari saudara sepupu hingga saudara jauh, rasanya tak ada alasan untuk kesepian dan tidak berbahagia di hari tua.

Dari artikel itu juga tampak, bahwa salah satu pemicu kesepian di hari tua adalah pilihan hidup melajang di masa muda. Walhasil, ketika hari tua menjelang, ia tak punya siapa-siapa lagi. Juga pilihan untuk meminimalkan kelahiran dalam keluarga.

Data di Jepang menunjukkan, angka kelahiran turun 27 persen dalam 27 tahun terakhir. Diperkirakan, pada 2050, perbandingan warga tua dan muda mencapai 4 : 1.

Maka yang terjadi adalah kebalikan kebijakan pemerintah di Indonesia. Kalau di negeri kita dianjurkan untuk menekan angka kelahiran, dengan program andalannya "Keluarga Berencana"; maka di Jepang, pemerintah justru berusaha memberikan kenaikan tunjangan anak. Dengan harapan, pasangan muda di sana tertarik untuk punya anak. Nah lo... :)

Ketiga, mari selalu berbuat baik dengan tetangga. Banyak yang bilang, tetangga seringkali lebih dari saudara. Merekalah sesungguhnya orang-orang terdekat kita, yang akan selalu saling membutuhkan. Mari jadikan mereka semua saudara kita juga.

Sangat mungkin, merekalah yang akan menjadi teman paling setia bagi hari tua kita. Harmonisasi dan kepedulian dengan lingkungan serta warga sekitar, dus menjadi kemutlakan.

Keempat, mari kita usahakan untuk selalu memiliki kesibukan sejak sekarang. Kesibukan, yang bisa kita gunakan untuk mengisi hari tua kita, sekaligus yang bisa kita gunakan untuk terus mengasah otak kita. Menghindarkan kepikunan. Kesibukan, yang tidak mengenal masa pensiun.

Kalau sekedar bekerja di kantor, apalagi sebagai pekerja, maka ada suatu masa kita akan pensiun. Tapi, berwirausaha, beraktivitas keagamaan, aktivitas sosial, ikut klub olahraga, menulis dan sebagainya, maka ia tak akan mengenal umur pensiun. Mari kita mencoba aktif di sana, mulai sekarang.

Ingat sekali lagi, waktu adalah salah satu alat investasi terbaik yang harus dimanfaatkan. Semakin banyak waktu yang bisa kita investasikan di sana, semakin luas dan banyak manfaat serta hasil yang bisa kita dapatkan.

***

Ah, saya tak mau membayangkan, seperti apa hari tua seperti yang dijalani generasi tua Jepang itu. Yang pasti, saya tak ingin mengalaminya. Saya yakin, begitu juga Anda.

Ada komentar dari Anda?

Saya sendiri, jadi ingin segera menelpon bapak saya di Surabaya...
I love you, Dad! Very very much!


Salam,

Fajar S Pramono


Ilustrasi : http://farm1.static.flickr.com

2 komentar:

kok nyambung ya Mas, barusan saya mau posting tentang pertemanan krn bbrp hr yll sy member facebook sbg upaya untuk membuka pintu pertemanan sebanyak mungkin, ikut milis - milis kesukuan eh salah kedaerah asal-an, apapun pokoknya yg bersifat pertemanan. Salah satu manfaat pertemanan telah sy rasakan hasil dorongan Anda untuk ngeblog, membuat hari-hari senggang tidak ngantuk dan malas lagi.

 

Alhamdulillah. Syukurlah kalo postingku ini "bermanfaat"... :)

Saling mengingatkan ya, Mas!
Thanks.