Banker on Writing

Ketika menulis adalah kebutuhan : katarsis, belajar dan berbagi

BANGGALAH MENJADI KARYAWAN


Hmm... rasa-rasanya, jika hanya melihat judulnya saja, pasti kawan-kawan penggerak entrepreneurship Indonesia padha protes. Tes! Padha sebel. Bel! Padha jengkel. Kel! Hehe...

Pastinya, sangat mungkin juga temen-temen dan sahabat di komunitas Tangan Di Atas (TDA), yang awal tahun depan akan mewisuda banyak lagi anggota yang telah menetapkan pilihan hidup baru sebagai pengusaha --bukan pekerja lagi--, gusar setengah hidup, hehe.

Tapi, please. jangan gusar dulu. Sudah jelas, saya juga penganut paham "lebih baik jadi bos kecil daripada jadi kuli gedhe", seperti yang ayah Bang Jaya Setiabudi (Direktur Young Entrepreneur Academy, pengelola www.yukbisnis.com) katakan kepada Bang Jaya.

Mirip juga jawaban Mario Teguh atas seorang penanya by phone di acara Mario Teguh Golden Ways minggu lalu. Ketika itu si penanya bertanya, "Lebih baik mana, Pak Mario : jadi bos yang kecil, atau jadi kacung yang besar?"

Dan jawaban pendek tegas Pak Mario Teguh adalah, "Sebesar-besarnya seorang kacung, ia tetaplah seorang kacung!" Itu berati, tetap lebih baik menjadi bos, meski "bos kecil".

***

Tapi, sebentar. "Karyawan" yang saya maksudkan di sini adalah "karyawan versi Herry Tjahjono". Saya sebut begitu, karena saya menemukan ide posting ini dalam buku beliau, The Six Says; Siapa Cepat Dia Dapat (Elex Media Komputindo, 2008), yang saya comot dari rak buku Gramedia beberapa hari lalu.

Apa kata beliau?

Meski bukan ulasan khusus dan hanya sekedar contoh tentang toxic belief, beliau berkisah tentang salah kaprah mindset dalam terminologi kata "karyawan".

Selama ini, banyak yang mengartikan bahwa karyawan berarti "orang gajian". Itu mindset kebanyakan orang. Padahal menurut beliau, terminologi "karyawan" memiliki arti yang jauh lebih dalam. Untuk membedakannya, arti kedua ini saya tuliskan dalam huruf kapital : KARYAWAN.

KARYAWAN berasal dari kata dasar "karya". Dalam kata dasar itu, terkandung unsur kreatifitas dan proses penciptaan. So, KARYAWAN mestinya tidak sekedar diartikan sebagai "orang gajian", tapi harus diartikan sebagai "MANUSIA YANG MELAHIRKAN KARYA".

Nah, jika itu yang menjadi paradigma baru, maka setiap karyawan (ingat : ini pakai huruf kecil), akan jauh lebih menghargai status dan profesinya sebagai KARYAWAN.

Jika seorang karyawan telah memiliki keyakinan sebagai KARYAWAN, maka bisa dipastikan, perilaku dan hasil kinerjanya akan jauh lebih baik daripada sekedar karyawan yang ber-mindset sebagai "orang gajian". Perhatikan saja.

Seorang KARYAWAN akan menuntut dirinya untuk bisa bertindak lebih, tak sekedar melaksanakan tugas, mengerjakan rutinitas, tapi juga secara sadar dan aktif memberikan ide-idenya, berbuat lebih banyak, bekerja lebih cerdas bahkan lebih keras, karena tanpa itu ia merasa belum layak disebut "melahirkan sebuah karya". So, KARYAWAN bukan sekedar karyawan.

***

Di sisi lain, dengan terminologi yang demikian, bisa jadi seorang pengusaha, entrepreneur yang hanya sekedar melakukan proses usaha tanpa berusaha memberikan added value dalam usahanya, yang sekedar menjalankan bisnis tanpa inovasi dan pikiran serta ide kreatif, nir-kemauan mengembangkan diri, nir-keinginan memperbesar jaringan dan sebagainya --selayaknya tuntutan bisnis yang harus berkembang, maka ia tak ubahnya sebagai karyawan --dalam huruf kecil--.

Sebaliknya, pengusaha yang aktif, kreatif, bekerja cerdas, selalu mencari terobosan baru dan melakukan action terbaik, maka ia bisa disebut sebagai KARYAWAN --dalam huruf besar--.

Pertanyaannya, mau nggak ya, teman-teman entrepreneur saya sebut sebagai KARYAWAN? Hehe.

Saya membayangkan, ketika bertemu mereka, lalu dengan lantang saya sapa, "Halo, para KARYAWAN!". Ah, mereka pasti "gondok". Protes. Sebel. Jengkel. Padahal maksud saya baik, kan? Hehe...

Masalah ya itu, kalimat lisan tidak bisa menampakkan, apakah kata "karyawan" yang saya ucapkan itu berhuruf besar atau berhuruf kecil... hehehe.

***

Oke deh, cukup. Hanya intermezo. Yang jelas, sebagai karyawan, saya terpacu untuk bisa menjadi KARYAWAN. KARYAWAN yang juga pengusaha, juga pengusaha yang KARYAWAN.

Halah, jadi bingung sendiri saya... Mbuh, ah! :)


Salam intermezo,

Fajar S Pramono


Ilustrasi : http://www.clipartof.com