Banker on Writing

Ketika menulis adalah kebutuhan : katarsis, belajar dan berbagi

KUNCI PERCAYA DIRI


Dari Mario Teguh Golden Ways semalam (26/10), tersampaikan kunci percaya diri. Intinya, lebih kurang sebagai berikut :

Orang percaya diri bukan karena ia hebat. Namun, lebih karena NIAT BAIK-nya.
-- Kalau kita datang untuk membantu, kenapa kita harus minder?
-- Kalau saya datang untuk memberi keuntungan, mengapa musti takut diusir?
Sahabat, saya yakin kita semua memiliki kunci itu. Niat baik itu. Tinggal kita mau menggunakannya atau tidak, untuk memperbesar rasa percaya diri kita. Apakah kebaikan untuk orang lain itu yang mau kita niatkan, atau justru niat yang buruk.

Tentu saja, kedepankan niat baik kita. Karena di situ pula --lepas dari hasil tindakan kita nantinya--, Insya Allah kita akan beroleh pahala.

Hadits Nabi Muhammad SAW mengatakan, "Innama a’malu bin niat". Sesungguhnya segala amal tergantung pada niatnya.

Secara hakiki, kita manusia dibekali hati nurani, yang bisa mengatakan pada diri kita tentang baik tidaknya suatu niat. Manakala niat baik yang kita miliki, pasti hati dan diri ini menjadi tenang. Di situlah kepercayaan diri akan muncul dengan sendirinya.

Sebaliknya, ketika niat buruk dan bertentangan dengan kata hati nurani yang kita kedepankan, maka hati dan diri ini akan jauh dari ketenangan. Ketidaktenangan inilah yang akan menjadi penghalang besar bagi hadirnya kepercayaan diri.

So, gunakan hati nurani sebelum berniat. Dan senantiasa bersyukurlah, kita memiliki hati nurani yang tidak akan pernah berbohong.


Salam,

Fajar S Pramono


Ilustrasi : http://tenanghati.files.wordpress.com

2 komentar:

Saya pernah baca buku, tapi lupa judul & pengarangnya. Percaya diri merupakan rangkaian yang tak terpisahkan dari optimisme. Karena :

Optimis :Cara pandang untuk mencapai tujuan berupa " Hal- Hal Yang Baik ".

Percaya Diri : Kemampuan untuk mengatasi " Hal - Hal Yang Buruk ".

Alangkah hebatnya memang, apabila dipadukan.

 

Thanks komennya, Mas. Saya tambah ilmu baru nih...

Setuju, bahwa percaya diri layak (atau bahkan harus dan senantiasa) bersanding dengan optimisme. Apapun alasannya.

Keduanya adalah sifat yang hakikinya merupakan kebaikan. Berdiri sendiri, terlebih lagi jika dipadukan.