Banker on Writing

Ketika menulis adalah kebutuhan : katarsis, belajar dan berbagi

THE WAYS....


Pada pertemuan blogger buku beberapa bulan lalu, salah seorang blogger buku aktif, Hernadi Tanzil, yang pada waktu itu juga di-dhapuk jadi pembicara mengatakan, sedang ada mainstream penerbitan novel belakangan ini.

Pertama, dari segi materi cerita. Saat ini masih terus marak penerbitan novel berlatar belakang kehidupan muslim dan muslimah di Timur Tengah. Atau di negara-negara Islam lainnya. Mainstream ini merupakan seretan arus dari kesuksesan novel Ayat-Ayat Cinta-nya Habiburrahman El Shirazy.

Tentang materi cerita, juga terkait dengan isi novel yang berarus religiositas Islam (novel Islami). Dalam hal ini, tak hanya novel Islam "serius" yang menjadi best seller. Banyak juga novel Islam bergenre teenlit ataupun checklit yang ikut dalam booming cerita Islami ini.

Kedua, fenomena trend penetapan cover novel yang banyak bergambar perempuan muslim, dalam permainan warna yang cukup cerah. Lihatlah di toko-toko buku besar, maka dominansi pilihan cover seperti yang rekan Tanzil sampaikan tidaklah salah. Bahkan, kalau lebih jeli lagi, pilihan "nama pena" pengarangnya pun mengikuti pola nama Habiburrahman El Shirazy. Taufiqurrahman Al Azizy misalnya. Tapi, tentang ini, saya tidak tahu persis, siapa yang sebenarnya muncul terlebih dahulu.... Maaf. :)

***

Apa yang mau saya sampaikan adalah, sebuah kesuksesan besar memang seringkali menginspirasi orang lain untuk memiliki kesuksesan serupa. Tentu ini sangat baik dan harus didukung jika ditilik dari sudut pandang "penyebaran virus positivitas" kepada orang lain.

Sepanjang pola ATM (amati, tiru dan modifikasi) tersebut tidak mengarah kepada plagiatisme (penjiplakan), tentu tak ada hal yang musti dihalang-halangi. Namun, seperti dalam case penciptaan novel, peniruan positif yang dilakukan bisa justru menjebak sastra Islami yang berkualitas menjadi "jatuh pamor" manakala proses ATM-isasi tersebut tidak menghasilkan kualitas yang setara.

Tapi, kalau dari sisi komersialisasi, tentu lain. Semakin banyak "oplah", intinya semakin baik. Bahkan kadangkala, kualitas produk dinafikan.

***

Nah, kaitan dengan "kemiripan-kemiripan" seperti dalam mainstream di atas, semalam saya berbuat iseng. Iya, iseng. So, catatan di bawah ini silakan disikapi dengan "iseng" dan santai juga. Jangan terlalu dikait-kaitkan dengan pernyataan-pernyataan saya di atas.

Jika Anda mengikuti atau bahkan aktif mengikuti kegiatan komunitas Tangan Di Atas (TDA), pasti sudah mengetahui jika Sang Jendral TDA, Uda Badroni Yuzirman akan segera meluncurkan buku yang berasal dari tulisan-tulisan di blog inspiratifnya dengan judul (Insya Allah) : The TDA Way; Take Double Action Now! Soft launching-nya sudah dilakukan di Hotel Sahid Jakarta tanggal 30 September 2008 lalu. Kebetulan saya berkesempatan menjadi "saksi".

Nah, semalam saya ke Gramedia Matraman. Ingat judul (bakal) buku Uda Roni, iseng saya mencatat beberapa judul yang "mirip" dan bahkan memiliki "semangat" yang sama : semangat untuk menunjukkan sebuah proses perjalanan menuju kesuksesan.

Hasil iseng yang saya lakukan, lumayan juga. Mau tahu?

Ini antara lain yang sempat tercatat :

(1) The Toyota Way; 14 Prinsip Manajemen, Jeffrey K. Liker.
(2) The Apple Way; 12 Pelajaran Manajemen, Jeffrey L. Cruikshank.
(3) The Sony Way; Rahasia Sukses Raksasa Elektronika Paling Inovatif di Dunia, Shu Shin Luh.
(4) The Honda Way; Kiprah Duo Genius Soichiro Honda dan Takeo Fujisawa dalam Mengatasi Persaingan Dunia Otomotif, Massaki Sato.
(5) The GE Way Fieldbook; Strategi Jack Welch untuk Revolusi Perubahan, Robert Slater.
(6) The Trump Way; The way to Success, 33 Rahasia Sukses Donald Trump, dari Belitan Utang menuju Imperium Bisnis, Donald J. Trump dan Meredith McIver.
(7) The Warren Buffet Way; Strategi Luar Biasa Sang Investor Legendaris Dunia, Robert G. Hagstrom.

Cukup banyak juga? :)

Semua buku bagus, dan best seller di negeri sononya. Beberapa di antaranya juga best seller di sini. Yang belum terbukti baru The Apple Way, The Sony Way dan The Honda Way. Itu pun semata karena kemunculannya yang baru dalam hitungan hari. Tapi saya yakin, mereka akan menyusul sebagai best seller.

Nah, pilihan judul The TDA Way menyiratkan optimisme tersendiri. Bahkan bukan hanya optimisme, tapi kebanggaan.

Optimisme yang saya miliki bukan hanya masalah best seller atau tidak (yang ini bagi saya nomor sekian), tapi lebih kepada optimisme bahwa tujuan penerbitan buku ini akan tercapai. Yakni, memberi pencerahan, memberi dorongan semangat dan motivasi, dalam konsep menebar berkah dan menjalin silaturahim.

Saya optimis, banyak orang dan pengusaha tua muda yang akan ter-setrum (meminjam istilah mas Isdiyanto) akan isi buku Uda Roni. Saya sendiri sudah merasakan setrum itu ketika membacanya dalam bentuk blog. Apalagi nanti jika sudah jadi buku, yang sangat mungkin akan dilengkapi dengan ilustrasi dan berbagai kecanggihan editorial.

Kebanggaan, muncul karena kendati TDA bisa segera diartikan sebagai Take Double Action, ia juga berarti Tangan Di Atas, sebuah komunitas di mana saya sendiri selalu memperoleh kesempatan untuk turut beraktivitas, berkegiatan, dan menjalin silaturahim dengan para founder, manajemen, anggota milis, sampai kepada anggota biasa yang aktif maupun non aktif.

Sangat membanggakan jika saya sebagai orang yang kenal dengan pendiri komunitas ini, merasa turut memberikan sebuah legacy berupa warisan tertulis (baca : buku) yang bisa bersanding dengan deretan best books di atas.

Sangat membanggakan bila TDA bisa disejajarkan dengan Toyota, Apple, Sony, Honda, GE, Trump dan Warren Buffet yang telah menjadi simbol sebuah keberhasilan.

Sungguh sebuah keinginan yang --saya pikir-- sangat beralasan. Jika Toyota, Apple, Sony, Honda dan GE merupakan entitas perusahaan, sementara Trump dan Buffet merupakan simbol kesuksesan individual, maka TDA bisa menjadi simbol kesuksesan dalam bentuk yang lain dan khas.

Ia adalah "roh". Ia adalah "soul". Ia yang menjadi landasan kesuksesan itu. Yang menunjukkan kepada dunia, bahwa keberkahan, kelimpahan rezeki dan kesuksesan terjadi justru karena kesediaan berbagi dan bersilaturahim secara ikhlas.

***

Terakhir, salut untuk TDA! Saya bangga menjadi bagian dari komunitas luar biasa ini!
Sukses untuk kita semua, tetap setia berbagi dan menjalin silaturahim.


Salam,

Fajar S Pramono


Foto : foto di atas adalah foto Uda Roni (Badroni Yuzirman) yang saya ambil tanpa permisi dari blognya : http://www.roniyuzirman.blogspot.com.

0 komentar: