Banker on Writing

Ketika menulis adalah kebutuhan : katarsis, belajar dan berbagi

ORGANISASI PEMBELAJAR


"In a learning organization, when one of us gets smarter, we all can get smarter."

Itu salah satu kalimat yang ditekankan Eileen Rachman dan Sylvina Savitri dari EXPERD, di artikelnya minggu lalu.

Dalam organisasi pembelajar, proses pembelajaran akan menular tanpa terasa dan perlahan, namun pasti pencerdasan sudah mencapai tingkat yang lebih tinggi tanpa perlu proses belajar secara harafiah.

Proses belajar secara harafiah ini antara lain keikutsertaan dalam kelas training, belajar dalam kelas S2 sampai PhD, dan sebagainya.

Menariknya, sebenarnya kita sudah banyak melakukan praktik belajar secara organisasi itu dalam komunitas, meskipun pelaksanaannya belum sistematis. Contoh, di komunitas-komunitas pembelajar atau diskusi. Komunitas Tangan Di Atas (TDA) misalnya. Atau di milis-milis seperti milis Safir Senduk dan Rekan (SSR), milis Rahasia Sukses Terbesar-nya Jennie S Bev, situs pembelajar.com, atau milis TDA sendiri. Juga mastermind-mastermind dari kelompok apapun yang banyak tumbuh belakangan ini.

Ada beberapa ciri dari sebuah "organisasi pembelajar" ini. Antara lain, para anggotanya semakin cenderung tidak "asbun" alias "asal bunyi". Mereka bertanggung jawab atas apa yang disampaikannya. Termasuk, bermanfaattidaknya sebuah komentar.

Ciri lain, setiap orang berusaha menyajikan pemikiran terbaiknya. Setiap orang juga akan menampilkan sikap "tidak pelit ilmu". Mereka yakin bahwa sikap, nilai dan ketrampilan merupakan kompetensi yang bisa ditularkan kepada sesamanya.

Suasana belajar tidak mewujud dalam suasana "belajar intensif" layaknya di kelas-kelas formal. Para anggota komunitas lebih cenderung mengedepankan diskusi yang seru, komunikasi yang intensif, keinginan untuk updating the information, serta selalu haus akan kesempatan belajar.

Secara "dramatis" Eileen menggambarkan : pertanyaan-pertanyaan seperti "Dari mana kamu dapat ide itu?", "Bagaimana sih caranya?", "Bagaimana kalau...", berkumandang di forum-forum, yang membuat forum itu seperti sebuah laboratorium raksasa yang tiada hentinya menyambut tantangan yang berasal dari masalah dan kesempatan yang terlihat.

Dan ini yang penting : kegagalan atau hampir gagal dan kesuksesan di lapanganlah yang menjadi fokus untuk memperoleh "lesson learned", bukan semata teori.

So, berbahagialah Anda yang telah memiliki kelompok-kelompok belajar informal, komunitas-komunitas yang berisi manusia-manusia pembelajar.

Belajar, memang tak harus dalam sebuah organisasi formal. Belajar bisa di mana saja, kapan saja, dalam situasi apapun, dan dari siapa saja. Bahkan, tak jarang organisasi pembelajar yang dibentuk secara formal akan membuat suasana menjadi kurang "customer friendly" dan kaku.

Padahal, organisasi pembelajar yang baik hanya akan tercipta bila suasana yang melingkupinya mampu mendorong pengembangan pribadi dan "personal mastery" secara utuh, bersemangat, memberi kesempatan pada problem solving, serta mengupayakan evaluasi yang jujur dan tulus.

Pertanyaannya sekarang, sudahkah Anda terlibat aktif dalam organisasi pembelajar seperti itu?

Ingat, di tengah kondisi dunia yang begitu kompetitif dan terus berubah, hanya individu dan organisasi yang senantiasa belajar-lah yang bisa survive. Titik. Tak ada tapi-tapian, tak ada koma-komaan.


Salam,

Fajar S Pramono


Foto : TDA Forum 060608

4 komentar:

Saya juga baca artikel itu mas, menarik sekali. Dimana ada softcopynya ya, saya pengin bagi ke teman2

 

Mas Ranto, terima kasih sudah mampir.

Untuk membaca seluruh artikel-artikel dari EXPERD (termasuk yang secara rutin muncul di Kompas Sabtu), silakan buka http://www.experd.com/news-articles/articles. Khusus untuk "Organisasi Pembelajar", ada di http://www.experd.com/news-articles/articles/121.

Artikelnya bagus-bagus. Mari sama-sama belajar dari sana.


Salam sukses, Mas Ranto.

Fajar S Pramono

 

Thanks info-nya

 

ikut nggabung Mas,thnaks be4