Banker on Writing

Ketika menulis adalah kebutuhan : katarsis, belajar dan berbagi

ARNOLD KIM ---hidup itu memang pilihan---


Saya selalu salut pada orang-orang yang berani mengambil keputusan-keputusan besar dalam hidupnya.

Contoh kecil di sekitar kita, salah satunya adalah keberanian untuk berpindah dari kuadran nyaman (pekerja) ke kuadran spekulatif (investor, pengusaha). Dalam istilah teman-teman komunitas, bermigrasi dari ranah Tangan Di Bawah (TDB) ke ranah Tangan Di Atas (TDA).

Kemarin, saya membaca sebuah artikel di Harian SINDO. Tentang Arnold Kim. Seorang dokter, yang rela meninggalkan profesinya untuk beralih menjadi seorang blogger penuh waktu.

Bukan apa-apa. Secara materi, penghasilannya sebagai seorang dokter telah mampu memberinya kehidupan yang cukup. Rumah enam lantai yang dimilikinya merupakan salah satu bukti "kesejahteraan"-nya sebagai dokter.

Dari segi "modal", diceritakan bahwa sang orang tua telah mengeluarkan tak kurang dari USD 200.000 atau lebih kurang 1,9 milyar rupiah untuk pendidikannya.

Tapi itulah. Hidup adalah pilihan.

Kim lebih memilih hidup bersama dunia internet yang sangat dicintainya. Ia lebih memilih mengembangkan MacRumors.com yang sudah dirintisnya sejak tahun 2000.

MacRumors sendiri merupakan situs yang khusus memberitakan berbagai rumor tentang Apple. Baik rumor tentang produk-produk baru Apple, tentang strategi ke depan Apple, dan sebagainya. Kenapa rumor yang diketengahkan? Karena, Apple merupakan salah satu perusahaan IT yang sangat "rapat" memegang rahasia perusahaan, termasuk rahasia tentang keberadaan produk baru dan ekspansi perusahaan Apple itu sendiri.

Sementara, di luaran kita tahu, sebegitu banyak peminat produk-produk dari Apple. "Kesenjangan" informasi inilah yang dimanfaatkan secara jeli oleh Kim sebagai "peluang bisnis".

Luar biasa menurut saya. Itulah hebatnya orang-orang besar. Ia mampu melihat "celah" yang orang lain tak bisa melihat, bahkan "mengendus"-nya. Ia adalah salah satu dari orang yang memilih jalan yang lebih sunyi tapi lebih menantang dibanding jalan yang sudah dilalui oleh banyak orang.

Ada beberapa hal yang bisa kita ambil dari kisah Kim.

Pertama, adanya keberanian memilih. Sekali lagi, hidup adalah pilihan.

Kedua, Kim memilih berkonsentrasi penuh ke MacRumors, karena "hidup di dunia internet " sudah menjadi "kegilaan" (passion) Kim sejak mengenal dunia itu. Tercatat, ia pernah mengenyam pendidikan komputer di Columbia University, yang mengenalkannya pada teori-teori pembangunan sebuah situs.

Ketiga, Kim berani, dan bukan nekat. Ia sudah memperhitungkan segala sesuatunya. Dari aspek materi misalnya, ia sangat yakin bahwa "pekerjaan"-nya sebagai blogger akan memberikan hasil yang berlipat dibanding penghasilannya sebagai dokter.

Tentang prospek bisnis itu sendiri, Kim juga sudah memperhitungkannya. Ia memutuskan "keluar" dari pekerjaannya sebagai dokter manakala situs yang dibangunnya relatif sudah "matang" dan menunjukkan hasil. Ia menghindari unsur spekulatif yang terlalu tinggi.

Artinya, Kim adalah risk taker. Banyak orang tak mampu berkembang atau berhasil karena ia lebih memilih sebagai safety player, daripada harus "deg-degan" sebagai risk taker. Padahal, "hukum" High Risk High Return telah menjadi asas universal --atau bahkan "hukum alam"-- yang diyakini hampir semua orang.

Keempat, seperti yang saya sampaikan di muka, Kim jeli melihat peluang bisnis. Ia mampu memandang sesuatu dari angle yang lain, sehingga membuat produknya "berbeda". Keunikan bisnis, memang menjadi salah satu "kunci sukses" bagi pengusaha di tengah kompetisi bisnis yang ketat. Ini juga pembelajaran bagi kita.

Kelima, adanya dukungan dari orang sekitar. Dalam kasus Kim, ia mendapat dukungan penuh dari orang tuanya.

Tentang ini, ada kisah menarik. Selain telah mengucurkan dana yang tidak sedikit untuk pendidikannya sebagai dokter, ayahnya sendiri adalah seorang dokter yang telah mengabdikan hampir seluruh hidupnya dalam profesi tersebut. Artinya, sang ayah pasti mempunyai alasan yang kuat untuk tetap bertahan sebagai dokter. Semestinya begitu.

Tapi, apa yang terjadi ketika Kim mengungkapkan keinginannya untuk bekerja penuh waktu sebagai blogger?

Ayahnya sangat mendukung pilihan Kim! Dan Kim sendiri mengakui, dukungan sang ayah itulah yang membuat mimpinya dapat terwujud! Sekali lagi, luar biasa.

Keenam, Kim memiliki alasan praktis, yang bagi orang-orang bepekerjaan rutin dan TDB seperti saya, sangat "menyentuh". Kim ingin bisa bekerja dari rumah, dan bisa menikmati jauh lebih banyak waktu bersama Penelope, putrinya yang masih berusia 14 bulan.

Ya ampun, "hikmah" kelima ini kan "nyambung" banget dengan postingan Uda Roni (http://roniyuzirman.blogspot.com) dua hari lalu tentang Fatherless Children? Coba link ke sana.

Jujur saja, posting Uda Roni waktu itu cukup membuat saya "terhenyak", dan mengingatkan suasana hati saya ketika membaca Sajian Utama Majalah SWA Sembada N0.01/XXIV/9-23 Januari 2008, tentang "CEO JUGA MANUSIA BIASA; Mereka Gila Kerja, Keputusan Mereka Sangat Menentukan. Tapi, Mereka Juga Sangat Dibutuhkan dan Didambakan Keluarga."

Di majalah itu, ada Rusdi Kirana (CEO Lion Air) yang sering merasa kesepian di apartemennya, karena anak istrinya tidak tinggal bersama di apartemen tersebut. Kesepian, yang akhirnya membuat Rusdi sering memilih tetap di kantor sampai dini hari. Bukan karena beban pekerjaan, tapi menunggu kantuk menyerang, sehingga sesampai di apartemen ia bisa langsung tidur. Agar "kesepian" yang pasti akan menghinggapinya bisa tertepiskan.

Ada juga Hermawan Kartajaya yang mengaku menyesal karena kepemilikan waktu yang sangat minim untuk keluarga.

Ada juga Rosan P. Roeslan, Presiden Direktur PT. Recapital yang beberapa kali terpaksa harus "mengungsikan" keluarga ke Hotel Gran Kemang milik Recapital karena ia tak mungkin pulang akibat tugas-tugas yang urgen dan strategik.

Dalam keseharian saja, Rosan baru bisa pulang selepas jam 22.00, karena masih banyak agenda yang harus dilakukan bersama klien selepas Maghrib hingga malam itu.

Ah! Tentang kehidupan yang "begitu" dan kisah fatherless children, mungkin bisa jadi posting tersendiri di lain waktu.

Kembali ke Kim.

Ketujuh, Kim telah membuktikan bahwa menjadi blogger bisa menciptakan "kekayaan" secara materi. "Hanya dengan membuat blog Anda menarik, dan menciptakan 'lalu lintas' pengunjung sebanyak mungkin!" Itu inti dari resepnya.

Wah, sebagai blogger pemula, ini pasti memompa semangat untuk belajar lebih jauh tentang kedasyatan salah satu perangkat di dunia maya ini.

Bukan tidak mungkin lho, setelah ada dokter yang memilih jadi blogger, kelak ada banker yang memilih jalur hidupnya sebagai blogger! Hahaha!

Ini saja dulu ya. Karena, yang ada sekarang, justru seorang blogger yang harus "berubah" menjadi banker dulu, alias musti ngantor! Musti kerja! Hehe...


Salam,

Fajar S Pramono

1 komentar:

Hmmm... Fiuuuhh... Huuaaaaaaaahhh...


Jadi speechless dan tidak bisa berkomentar apa apa... untuk saat ini!



So tunggu comment berikutnya... hihihihi


To be continued....